Senin, 13 Oktober 2014

Kenapa Mengeluh ???



Sering aku mengeluh karena masalah yang ada dalam hidupku. Masalah sepele sebenarnya, tapi karena kebiasaan buruk itu sudah seperti mengurat dalam diriku, tak ayal keluhan itu keluar dengan sendirinya dan seketika itu aku langsung menyesalinya karena telah mengungkapkannya. Anehnya, sesering itu aku menyesal, sesering itu pula aku mengulanginya. Sebagai contoh adalah rutinitas kuliah dan seabrek tugas-tugasnya yang membuatku penat dan penat itu semakin menjadi-jadi ketika aku berada ditengah hiruk pikuk kelas yang kadang aku tak mengerti apa yang dibicarakan didalamnya. 

Bagiku hal yang paling membuatku penat dan sering mengeluh adalah tugas-tugas kuliah. Bukan karena kuantitasnya, tapi lebih karena jenisnya. Ketika tugas itu adalah tugas individu, aku bisa menekan keluhan sampai batas minimum yang bisa kutahan karena baik keuntungan maupun kerugian dari pengerjaan tugas itu 100% aku yang menanggungnya. Tapi ketika tugas itu adalah tugas kelompok seketika aku langsung merasa tertekan karenanya, terlebih jika anggota kelompokku adalah orang-orang yang kuanggap tidak bisa diandalkan. Inilah kesalahan terbesarku. Tak seharusnya aku underestimate pada seseorang terutama pada orang-orang yang akan menjadi rekanku dalam menyelesaikan tugas. Rasa kurang percaya pada orang lain membuatku seringkali menjadikan tugas kelompok sebagai tugas individu atau minimal aku mengambil alih masalah yang paling sulit untuk diselesaikan sebagai tugasku dan hal inilah yang berujung pada pengeluhan. Tapi sering juga anggota kelompokku memang orang-orang yang cukup acuh terhadap masalah tugas, sehingga lagi-lagi aku terpaksa menyelesaikan tugas tersebut sendiri. Inilah keadaan yag paling membuatku berat hati. 

Seringkali ku hibur hatiku dengan berpikir “Anggap saja ini tugas individu” atau “sudahlah, mungkin mereka sibuk dan ada hal yang harus lebih di prioritaskan” atau “tenang aja, tugas itu tidak sampai 1/10 dari hidup”. sayangnya yang keluar dari mulutku bukanlah seperti yang aku pikirkan. “mereka tu kuliah, jadi harusnya masalah kuliah lebih diprioritaskan”, “ngeselin banget, diminta konfirmasi jarkom aja ga dibales, apalagi suruh ngerjain tugas?”, “mereka bilang : aku sibuk malam ini, trus?mereka pikir aku ga sibuk?”, “kamu sih enak kelompokmu ini dan ini, mereka orangnya aktif dan solutif, nah aku?pas diajak ngumpul aja mereka ga mau, giliran tugas udah jadi, komennya seabrek, ngeselin banget ga sih?”, bahkan “seandainya kelompokku bukan mereka”, “ seandainya mereka mau sedikit aja peduli pada tugas ini”, dan banyak lainnya yang yang sering kuungkapkan.

Sampai pada suatu saat ku lihat dua orang temanku yang berbeda, satu pengeluh dan satu tipe pasrah. Saat si pengeluh mengeluh dengan dengan dahsyatnya, aku merasa risih dan berpikir “apaan sih ni orang, gitu aj ngeluh” dan seketika aku langsung teringat akan diriku, mungkin hal ini juga yang dipikirkan orang-orang disekitarku ketika aku mengeluh. Astaghfirullah, aku langsung sangat malu mengingat kebiasaan mengeluhku dan kuingat :

“Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekadar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (At-Talaq : 7)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungghnya sesudah kesulitan ada kemdahan.” (Al-Insyirah : 5-6)

“Besungguh-sungguhlah dalam menuntut apa yang bermanfaat bagimu, dan mohonlah pertolongan pada Allah (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Apabila kamu ditimpa suatu kegagalan, janganlah kamu berkata, ‘seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begina tau begitu,’ tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah, dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki’, karena ucapan ‘seandainya’ akan menbuka (pintu) perbuatan setan”.(shahih Muslim)

Kulihat satu temanku yang lain, dengan sabarnya mengerjakan tugas kelompok sendirian dan kutanya “kok kamu bisa sih segitu enjoynya ngerjain tugas itu sendirian tanpa mnegeluh?”, dia menjawab “aku harus negeluh kesiapa?dan apa gunanya aku ngeluh?toh tugasku ga akan selesai hanya dengan mengeluh?ya sudahlah selama aku bisa, kenapa aku harus nunggu sesuatu yang ga pasti?”. Benar-benar satu kasus yang sama tapi dengan perspektif yang berbeda dalam menyikapinya membuatku semakin malu mengingat diriku, mengingatku yang dalam konteks ini sedikit banyak telah mengingkari qadar Allah atas diriku.

“Sesungguhnya, pertama-tama yang diciptakan Allah adalah qalam (pena), lalu Allah berfirman : ‘Tulislah!’ Maka ditulislah pada saat itu apa yang terjadi sampai hari kiamat.” (Riwayat Imam Ahmad)

“Seandainya kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, Allah tidak akan menerimanya darimu sehingga kamu beriman kepada qadar, dan kamu meyakini apa yag telah ditakdirkan mengenai dirimu, pasti tidak akan meleset dan apa yang telah ditakdirkan tidak mengenai dirimu, pasti tidak akan menimpamu. Sedang kalau kamu mati tidak dalam keyakinan ini, pasti kamu akan menjadi penghuni neraka.” (Riwayat dalam Musnad dan Sunan)

Na’udzubillahimindzalik, semoga aku tak termasuk dalam golongan ini. Oleh karena itu, aku harus berubah untuk tidak menjadi pribadi yang pengeluh lagi.