Sabtu, 12 Januari 2013

Ruhul Istijabah

Bismillaahirrahmaanirrahiim. . . 
Tema hari ini tentang RUHUL ISTIJABAH oleh Ust. Salim. . . 
Ruhul Istijabah merupakan suatu sikap menyegerakan diri untuk menyambut perintah Allah, melaksanakan kebaikan. . .
Salah satu ciri orang dengan sifat Ruhul Istijabah adalah ketika datang perintah / seruan dari Allah (ex : Adzan --> tanda masuknya waktu shalat), maka ia akan menyegerakan untuk menunaikan kewajiban tersebut tanpa menunda-nundanya lagi. Tak terbatas pada perkara yang sifatnya wajib saja, orang dengan sifat Ruhul Istijabah akan senantiasa merasa rugi tatkala ia meninggalkan atau melalaikan suatu hal yang sifatnya memberikan maslahat bagi sesamanya. . .
Rasanya sangat tertampar mengingat semua hal yang kulakukan selama ini, seketika banyak pertanyaan yang menggema dipikiranku. 
Berapa banyak kewajiban yang telah kulalaikan? Kudzalimi diriku sendiri dengan membangun tembok penghalang jalanku menuju surga-Nya, Astaghfirullah. . .
Berapa banyak kebaikan yang telah kulewatkan hanya karena satu kata yang menggerogoti hatiku tanpa kudasari "MALAS", Astaghfirullah. . .
Sudahkah hidupku bermanfaat bagi orang lain? tak perlu terlalu jauh, sudah bermanfaatkah hidupku untuk diriku sendiri? bahkan pertanyaan mendasar ini belum sanggup kujawab sampai saat ini, Astaghfirullah. . .
Eksistensi kehidupanku mulai kupertanyakan, kebingungan melandaku saat kuajukan satu pertanyaan lagi pada hatiku, Ibadah apa yang telah kulakukan sehingga ia kelak akan menjadi penangguhku di hadapan-Nya???Astahgfirullah. . .lagi-lagi aku tak bisa menjawab. . .

Ingat kawan, hanya amal ibadah dan ketaqwaanmu saja yang membedakanmu dengan orang lain, selebihnya sama saja.
Hari ini hati benar-benar di muhasabah. . . .

Senin, 07 Januari 2013

UAS dan Kampung Halaman

UAS sudah mulai menyapa, bahkan sudah dua Mata Kuliah yang kulalui. Tapi Euforia UAS sendiri sama sekali belum kurasakan. Bagiku tak ada bedanya UAS dengan hari-hariku pada umumnya. Monoton dan membosankan. Mungkin ini yang dibilang gak dapet feel-nya.

Alih-alih memikirkan tentang UAS atau bahkan rencana studiku untuk semester selanjutnya, aku malah terus terbayang suasana rumah. Keteduhan wajah ibu yang sangat kurindukan, masakan beliau yang tak ada tandingannya (bagiku), sendunya wajah nenek yang sangat kusayangi, bahkan celotehan sepupu-sepupuku yang sering kali kuanggap norak entah mengapa saat ini benar-benar kurindukan.

Homesick???
Bisa dibilang benar, tapi tak sepenuhnya benar. Jika diartikan sebagai kerinduan yang mendalam akan suasana rumah, itu sangat benar sekali. Tapi menjadi sangat tidak benar jika hal itu dijadikan alasan untuk menangis bombay. Belum pernah sekalipun aku menangis karena homesick. Aneh memang, tapi bagiku homesick tak harus diungkapkan dengan cara menangis. Cukup seuntai do'a yang yang titipkan pada Allah untuk mewakilkannya, berharap meraka (orang-orang yang kusayangi) senantiasa dalam petunjuk dan ridha-Nya. Amin amin ya rabbal 'Alamin. . .

# Adek sayang ibu, . . .

Jumat, 04 Januari 2013

Berikan Senyum Terbaikmu


Sabar . . . Satu kata yang sangat mudah diucapkan, namun sangat sulit dalam prakteknya. Kesabaran ingatkan aku pada kedewasaan, pada komitmen, dan pada seorang teman.
“Berikan senyum terbaikmu pada mereka, teman-temanmu, keluargamu”
Kata-kata itu diucapakan oleh seorang teman yang tak pernah aku menduganya.
Cerita ini berawal dari terjadinya suatu kesalahpahaman kecil yang menyulut amarahku sangat dalam. Tepatnya tanggal 30 desembar 2012, kami pasukan danus PSG (Pekan Sosialisasi Gasisma) melakukan danus akbar kedaerah Perumahan di Cimanggu. Namun, ditengah perjalanan terjadi kesalahpahaman yang membuat sebagian besar dari kami kecewa.
Aku yang pada dasarnya memang kurang bisa mentolerir kesalahan orang, benar-benar merasa marah. Aku berusaha diam memendam kemarahanku, tapi yang terjadi malah diamku menjadi kesinisan tingkat tinggi. Ya Allah maafkan aku... banyak sekali sahabat yang aku dzalimi saat itu.
Aku iri pada orang-orang disekelilingku yang dapat mengontrol amarahnya dengan sangat baik. Disaat semua orng sudah bersikap biasa saja atas kejadian tak mengenakkan itu, aku masih saja berkutat dengan kemarahanku, melenyapkan semangatku untuk berdanus. Singkat cerita, sampai pertengahan danuspun aku masih diliputi sedikit rasa marah, tapi perasaan itu berangsur-angsur hilang seiring dengan habisnya Brown-Co yang aku jual. Hore. . .# terimakasih untuk partner-partnerku yang hebat . . . ami dan mabruroh 49
Kembali lagi pada topik awal, karena danusku sudah sold out, kuputuskan untuk beristirahat ditempat rindang diatas rerumputan. Aku yang pada saat itu sudah sangat lelah (aku yakin teman-teman yang lainpun juga sangat kelelahan) enggan untuk membantu lagi. Sedangkan Ia, orang yang aku sangat marah terhadapnya tetap dengan semangatnya yang menggebu. Aku malu pada diriku sendiri, aku merasa sangat bersalah padanya. Akupun terharu melihat kegigihannya, kesabarannya menghadapi kami. 
“Tetap berikan senyuman terbaikmu, semangat tretan!!!”
Kata-kata ini memberikan kesan yang mendalam bagiku, tentang keikhlasan, tentang kekeluargaan, dan tentang totalitas. Terimaksih tretan, banyak pelajaran yang bisa kupetik hari itu . . .